.

.

Ahad, 21 Ogos 2016

Dahulukan Adab Mu Sebelum Beramal

Adab menurut arti bahasa adalah kesopanan, tingkah laku yang pantas, tingkah laku yang baik, kehalusan budi dan tata susila. Adab juga bisa berarti pengajaran dan pendidikan yang baik sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
“Sesungguhnya Allah ‘azawajalla telah mendidikku dengan adab yang baik (dan jadilah pendidikan  adab ku istimewa)” (HR. Ibnu Mas’ud)

Prof. Dr. Jamaan Nur dalam bukunya “Tasawuf dan Tarekat Naqasyabandiyah memberikan pengertian adab dalam Islam sebagai tata cara yang baik atau etika dalam melaksanakan suatu pekerjaan, baik ibadat maupun muamalat. Karena itu ulama menggariskan adab-adab tertentu dalam melakukan suatu pekerjaan atau melakukan kegiatan sesuai dengan tuntunan al-Qur’an dan al-Hadist. Adab-adab tertentu itu misalnya adalah adab memberi salam, adab minta izin memasuki sebuah rumah, adab berjabat tangan, adab hendak tidur, adab bangun tidur, adab duduk, berbaring dan berjalan, adab bersin dan menguap, adab makan dan minum, adab masuk ketandas, adab mandi dan berwudhu’, adab sebelum dan ketika melakukan shalat, adab imam dan makmum, adab menuju mesjid, adab Jum’at, adab puasa, adab berkumpul, adab berguru, adab bermursyid, adab berikhwan dan lain-lain.
Imam al-Ghazali mengatakan adab adalah melatih diri secara zahir dan bathin untuk mencapai kesucian untuk menjadi sufi. Menurut al-Ghazali ada 2 (dua) tingkatan adab :
  1. Adab khidmat, yaitu fana dari memandang ibadatnya dan memandang ibadat yang diperbuatnya dapat terlaksana semata-mata berkat izin dan anugerah Allah SWT kepadanya.
  2. Adab Ahli Hadratul Uluhiyah, yaitu adab orang yang sudah dekat dengan Allah. Adab mereka ini dilakukan sepenuhnya mengikuti adab Rasulullah SAW lahir dan bathin.
Abu Nasr As Sarraj At Tusi mengadakan ada tiga tingkatan manusia dalam melaksanakan adab yaitu :
  1. Adab dunia. Adab mereka pada umumnya adalah kemahiran berbicara, menghapal ilmu pengetahuan dan membuat syair-syair arab.
  2. Adab Ahli Agama adalah melatih mental dan anggota, memelihara aturan hukum agama dan meninggalkan syahwat.
  3. Adab Ahli Khususiah (Adab orang sufi Thariqat yang telah mencapai tingkatan tertentu). Adab mereka pada umumnya adalah membersihkan hati (qalb), memelihara waktu, sedikit saja menuruti suara hati sendiri, amat beradab ketika meminta, ingat kepada Allah SWT sepanjang waktu dan selalu berdaya upaya agar dekat kepada Allah SWT (Maqam Qurb)
Berdasarkan uraian di atas adab merupakan hal yang sangat pokok di dalam menjalani kehidupan di dunia khusunya di dalam tasawuf. Tharekat Naqsyabandi menempatkan adab menjadi sesuatu yang amat penting sehingga dimasukkan ke dalam kurikulumnya yang kita kenal dengan Enam Rukun Thareqat Naqsyabandiyah yaitu : Ilmu, Adab, Sabar Ridha, Iklas dan Akhlak.
Didalam ajaran tasawuf, adab kepada guru Mursyid adalah sesuatu yang utama dan pokok, karena hampir seluruh pengajaran tasawuf itu berisi tantang pembinaan akhlak manusia menjadi akhlak yang baik, menjadi akhlak yang mulia sebagaimana akhlak Rasulullah SAW. Seorang murid harus selalu bisa memposisikan (merendahkan) diri di depan Guru, harus bisa melayani Guru nya dengan sebaik-baiknya.
Merendahkan diri dihadapan guru bukanlah tindakan bodoh, akan tetapi merupakan tindakan mulia. Dalam diri guru tersimpan Nur Ala Nurin yang mendatangkan segala aura yang Positif  kepada mereka yang mendekatinya, insyallah.
Disaat kita kita mendampingi guru mursyid aura zikir yang terpancar dari guru terkesan kepada hati kita yang juga disebut nur waridah yang sampai kehati kita, mereka dengan izin Allah karena kedekatan kepada Allah apabila kita memandang Wajah nya akan membuat kita semakin dekat dengan Allah, pandangan kita kepada mereka akan menyambungkan rohani (Rabithah) kita dengan Allah. Inilah dasar dalil yang digunakan oleh pengamal tarekat untuk selalu berwasilah (berabithah) kepada Guru Mursyid yang bersanad salahsilahnya dengan Rasulullah SAW 
Menurut suatu hadith yang diriwayatkan oleh sunnan Abu Daud, antara lain menyebut, " Jadikanlan diri kamu serta Allah jika telah tidak kamu dapat berserta Allah bersamalah dengan mereka yang berserta Allah maka sesungguhnya dia akan menyampaikan kamu kepada Allah"
Suatu malam disaat orang sedang terlelap, Syekh Abdul Wahab Rokan yang saat itu masih muda dan sedang berguru kepada Syekh Sulaiman Zuhdi di Jabbal Qubis Makkah sedang membersihkan kamar mandi Gurunya menggunakan kedua tangannya tanpa merasa jijik dan melakukan dengan penuh ikhlas. Di saat Beliau melakukan tersebut, tiba-tiba Guru Syekh Sulaiman Zuhdi lewat dan berkata, “Kelak tanganmu akan di cium raja-raja dunia”. Ucapan Gurunya itu dikemudian hari terbukti dengan banyak raja yang menjadi murid Beliau dan mencium tangan Beliau salah satunya adalah Sultan Musa al-Muazzamsyah, Raja di Kerajaan Langkat, Sumatera Utara.
Serangkap pantun yang pernah diungkap oleh Tuan Guru Syekh Abd Wahab Rokan:
Tanam Limau tujuh penjuru,
Dahannya chondong keseberang,
Kalau  taat perintah guru,
Hati yang gelap menjadi terang.