.

.

Isnin, 30 Mac 2015

Zikir Ismu Zat ,Sebutan Allah Allah Sebanyak-banyaknya

Seseorang melafaskan ismu zat Allah Allah sebanyak-banyaknya sebagaimana firman Allah dalam surat Hamim Sajadah ayat 30, Sesungguhnya orang-orang yang berkata : Tuhan kita adalah Allah, kemudian mereka tekun maka turunlah malaikat pada mereka, dan malaikat itu memberi kabar : gembiralah kalian dengan apa yang telah dijanjikan pada kalian. Dan hadits Nabi diriwayatkan Thabrani dan Baihaqi. Rasulullah bersabda kepada sayyidina Ali : Ya Ali, pejamkan kedua matamu, lekatkan (rapatkan) kedua bibirmu, naikkan lidahmu dan berkatalah (berzikirlah) Allah Allah.”

 Rasulullah bersabda :
لاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتىَّ لاَ يُقَالَ فِى اْلاَرْضِ : اَلله ….اَلله

Hari kiamat tidak akan terjadi sampai di atas bumi ini tidak ada lagi orang yang menyebut Allah,… Allah. (HR. Muslim, Tirmidzi dan Ahmad)

Dalam beberapa kitab yang memuat kompilasi hadits shahih, Nabi Saw bersabda :

قَالَ الله ُتَعَالَى: اَناَ عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِى بِى وَاَنَا مَعَهُ اِذَا ذَكَرَنِى فَإِنْ ذَكَرَنِى فِى نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِى نَفْسِى وَاِنْ ذَكَرَنِى فِى مَلاَءٍ ذَكَرْتُهُ فِى مَلاَءٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ


Allah Swt berfirman, Aku ini (bertindak) sesuai dengan prasangka hamba-Ku padaku. Aku selalu bersamanya jika ia mengingat-Ku. Apabila ia mengingat-Ku di dalam hatinya, maka Aku pun menyebutnya sendiri. Jika dia mengingat-Ku di tengah-tengah orang banyak, maka aku akan menyebutnya di tengah-tengah orang banyak yang lebih mulia dari pada orang banyak saat ia mengingat-Ku. (HR. al Bukhari dan ahli hadits lainnya).

Zikir yang tidak disertai wukuf qalbi atau zikir yang tidak disertai mengingat maknanya adalah zikir yang lupa. Hal ini serupa dengan jasad tanpa ruh. Zikir yang demikian itu tidak mengandung pahala dan khasiat apapun.
 Adapun makna lafal Allah Allah ialah antara lain : Allah adalah maksud tujuanku, Allah adalah yang aku cari, Allah adalah yang aku cintai, wahai Allah engkaulah yang aku maksud, Allah tidak ada sekutu bagi-Nya, Allah adalah zat yang ada, Allah adalah zat yang disembah dan engkau adalah Allah tiada yang lain.

Orang-orang yang telah mencapai pangkat “dizikirkan Allah” adalah orang-orang yang dikasihi atau orang-orang yang menjadi kekasih Allah Swt seperti firman Allah dalam hadits qudsi berikut ini :
اِنَّ اَوْلِيَائِ مِنْ عِبَادِ وَاَحِبَّائِ مِنْ خَلْقِ الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ بِذِكْرِ وأُذْكَرُ بِذِكْرِهِمْ
Sesungguhnya para Wali-Ku dari golongan hamba-Ku dan para Kekasih-Ku dari golongan makhluk-Ku adalah orang-orang yang diingat apabila Aku diingat. Dan Aku diingat apabila mereka diingat. (HR. at Tabrani, al Hakim dan Abu Na’im)

Allah berfirman :

Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka. (QS. al Mujadilah : 22)

Mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertakwa. (QS. al Hujurat : 3)

Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu. (QS. al A’raf : 205)

Abu Awanah dan Ibnu Hibban meriwayatkan dalam masing-masing kitab kumpulan hadits shahih mereka, juga al Baihaqi di sebuah hadits berikut :
خَيْرُ الذِّكْرِ الْخَفِى وَخَيْرُ الرِّزْقِ مَا يَكْفِي وَقَالَ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الذِّكْرُ لاَ تَسْمَعُهُ الْحَفْظَةُ يَزِيْدُ عَلَى الذِّكْرِ تَسْمَعُهُ الْحَفَظَةُ بِسَبْعِيْنَ ضِعْفًا
Sebaik-baik dzikir adalah dzikir dengan samar (khafi) dan sebaik-baiknya rezeki adalah rezeki yang mencukupi, Nabi juga bersabda : “Dzikir yang tidak terdengar oleh malaikat pencatat amal (maksudnya dzikir khafi) mengungguli atas dzikir yang dapat didengar oleh mereka (dzikir jahri) sebanyak tujuh puluh kali lipat.” (HR. al Baihaqi)

Hamba Allah yang dapat berzikir dengan lafas Allah...Allah adalah dengan kurnia dan kehendak izinnya jua,  
Firman Allah SWT: QS AS SAFFAAT 37: 96: Bahawa Allah menjadikan kamu dan barang perbuatan kamu.
Dan lagi sabda Rasullulah SAW: Tiada daya dan upayaku kecuali dengan izin Allah.

Sabda Rasullulah lagi: Tidak bergerak suatu zarah kecuali dengan izin Allah.
Firman Allah SWT QS AL MURSALAT 77:30: : Dan tidak berkehendak mereka itu seorang jua pun melainkan dengan kehendak Allah jua.
Apa dalil berzikir “Allah, Allah” (ألله، ألله) ?
Dalil dari al-Qur’an adalah sebagai berikut:
1.  واذكراسم ربك بكرة و أصيلا
     “Dan sebutlah nama Tuhanmu pada waktu pagi dan petang” (Q.S. al-Insan (76): 25)
Di ayat tersebut kita diperintahkan untuk menyebut nama Tuhan kita. Apakah kita ragu bahwa nama Tuhan kita adalah Allah ( ألله )?
إنني أنا الله لا إله إلا أنا فاعـبدني وأقم الصلاة لذكري
“ Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku” (Q.S. Thaha (20): 14)
Jadi, nama Tuhan kita yang utama adalah Allah. Sedangkan nama-nama-Nya yang lain seperti yang terdapat dalam Asma-ul Husna adalah nama-nama tambahan untuk menunjukkan sebagian dari sifat-sifat-Nya. Di dalam kitab al-Mukhtashar Fi Ma’ani Asma’illahil Husna[1] halaman 13 disebutkan:
“Ketahuliah, sesungguhnya nama ini (ألله-pen) adalah nama yang teragung dari 99 nama yang terdapat dalam riwayat Tirmidzi karena nama ini menunjukkan atas Zat yang menghimpun semua sifat-sifat ketuhanan…”
Dengan demikian, kalau disuruh kita menyebut nama Tuhan (seperti perintah pada surat al-Insan ayat 25 di atas), tentu saja yang lebih utama kita sebut adalah “Allah” meskipun menyebut nama-nama-Nya yang lain adalah bagus pula.
Ayat al-Qur’an yang selanjutnya adalah:
2. يا أيها الذين امنوا اذكروالله ذكرا كثيرا
“Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.”[2] (Q.S. al-Ahzab (33): 41)
Allah swt berfirman pula kepada Nabi Zakariya, yang tentunya untuk menjadi pelajaran bagi kita:
واذكرربك كـثيرا وسبح بالعـشي والإبكار
“…Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari.” (Q.S. Ali Imran: 41)
Ayat tersebut menganjurkan untuk menyebut nama Tuhan sebanyak-banyaknya. Maka baguslah untuk berzikir “Allah, Allah” dengan sebanyak-banyaknya karena nama Tuhan kita, sekali lagi, adalah “Allah”.
Allah telah menjanjikan ampunan dan pahala yang besar untuk beberapa golongan manusia dalam surat al-Ahzab ayat 35. Salah satu dari golongan tersebut adalah:
“…laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah…”
3. واذكراسم ربك وتبتـل اليه تـبتـيـلا
“Dan sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan sepenuh hati” (Q.S. al-Muzzammil (73): 8)
Sekali lagi, di ayat tersebut, kita disuruh untuk menyebut nama Tuhan kita. Dan nama Tuhan kita, tidak ragu lagi, adalah “Allah”. Artinya, kita memang disuruh untuk menyebut kata “Allah”.
Berarti sudah enam dalil dari al-Qur’an yang kita cantumkan di sini, walaupun secara penomeran cuma tertulis tiga. Orang yang beriman sebenarnya tidak butuh banyak dalil. Andaikan cuma satu ayat saja dalil dari al-Qur’an yang ditemukan, niscaya cukuplah itu baginya untuk menjadi pegangan. Apalagi ini lebih dari satu ayat. Dan mungkin pula dalil dari al-Quran tentang ini sebenarnya lebih banyak dari jumlah yang bisa kami cantumkan di sini.

Sedangkan dalil dari hadits Nabi saw adalah sebagai berikut:
لا تـقوم الساعة حتى لا يـبـقى عـلى وجه الارض من يـقول الله الله
“Kiamat tidak akan terjadi sampai tidak ada lagi di muka bumi orang yang mengucapkan: “Allah, Allah” (H.R. Muslim)
Kami rasa hadits tersebut cukup jelas berbicara tentang zikir “Allah, Allah”. Dari hadits tersebut juga dapat kita pahami secara tersirat bahwa orang yang mengucapkan “Allah, Allah” memang akan semakin sedikit jumlahnya sampai akhirnya tidak ada lagi sama sekali. Ketika tidak ada lagi orang yang mengucapkan “Allah, Allah”, maka terjadilah kiamat.

Ada orang yang membantah zikir “Allah, Allah” ini dengan alasan bahwa zikir tersebut kalimatnya tidak sempurna, hanya “Allah” saja, mestinya kan ditambah dengan  suatu sifat Tuhan, umpamanya “Allahu Akbar” dengan demikian kalimatnya menjadi tidak mengambang. Bagaimana hal tersebut?
Kalimat “Allahu Akbar” memang adalah suatu bentuk zikir. Tapi itu bukan berarti bahwa ziki“Allah, Allah” itu lantas harus ditolak. Kenapa demikian? Karena tidak ada satu dalilpun yang mewajibkan penyebutan nama Allah itu harus diiringi dengan salah satu sifat-Nya. Alasan orang yang membantah seperti itu cuma alasan dengan logikanya saja. Dan kami kira itu adalah karena kekurangan ilmunya tentang nama “Allah” ini. Sebab para ulama telah menerangkan bahwa nama “Allah” itu adalah nama yang menghimpun seluruh sifat dan hakikat ketuhanan (lihatlah kitab al-Mukhtashar Fi Ma’ani Asma’illahil Husnahalaman 13). Berarti kata “Allah” itu saja sebenarnya sudah lengkap karena sudah mengandung keseluruhan dari sifat-sifat ketuhanan. Namun adakalanya suatu sifat ketuhanan itu perlu ditekankan kepada umat sehingga disebutlah sifat tersebut setelah nama Allah. Kata Allahu Akbar, misalnya, adalah untuk menekankan sifat Maha Besar-nya Allah ke dalam hati ummat. Padahal seandainya kata Akbar itu tidak disebut, dia sebenarnya sudah terkandung dalam nama “Allah” itu sendiri. Orang yang tidak mengetahui hal ini sajalah, kami kira, yang akan mengatakan kata ِAllah itu tidak lengkap atau mengambang. Dan tolong perhatikan kembali hadits shahih riwayat Muslim di atas. Pada hadits tersebut jelas-jelas Nabi saw sendiri yang mencontohkan kata “Allah, Allah” itu. Kalau hal itu tidak boleh, niscaya tidak akan muncul hadits tersebut.


Sebaiknya amalan zikir seperti ini perlu diambil dan mendapat bimbingan dari guru yang mursyid ( bersanad dari Rasulullah sampai kepada guru tersebut)

Rabu, 11 Mac 2015

Takjub Akan Diri Sendiri, Heran Atau Kagum Akan Kelebihan Diri

Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Mengasihani



Sifat ujub atau lebih dikenal dengan Takjub Akan Diri Sendiri (atau dengan lain perkataan merasa heran atau kagum akan kelebihan diri sendiri) ia merupakan adalah salah satu dari penyakit hati yang kadang-kadangnya tanpa disedari terbit dalam diri seseorang. Hal ini bisa terjadi kepada siapa saja diantara kita. Tetapi kecenderungannya sering dihinggapi oleh orang yang mempunyai kelebihan atau kemampuan lebih baik dari dari orang lainnya. Baik dalam satu bidang keahlian, keilmuan, kelebihan, dan lain sebagainya. Terjadi baik dalam lingkungan kecil, kelompok atau dalam bermasyarakat. Ketika seseorang telah menganggap dirinya baik itu berarti suatu kesalahan telah terjadi, yang akan menerbitkan rasa ujub diri dari orang lain. merasa  heran kagum atas kelebihan atau pola pemikiran diri nya sendiri banyak menisbahkan pada diri aku aja..., aku....itu..., aku...ini perkara ini dipangil ujub, ulamak tasauf mengingatkan berjagalah dengan pangillan ana(aku) dalam diri kerana inilah sifat iblis.

Firman Allah SWT yang bermaksud: 
“Maka alangkah eloknya kalau mereka berdoa kepada kami dengan nada rendah diri (serta insaf dan bertaubat) ketika mereka ditimpa azab kami? Tetapi yang sebenarnya hati mereka keras (tidak mahu menerima kebenaran) dan syaitan pula memperelokkan pada (pandangan) mereka apa yang mereka telah lakukan.” (Surah Al-An’am, ayat 43)

“Ya Allah tolonglah aku, supaya (dapat) sentiasa mengingatiMu dan mensyukuri serta memperbaiki ibadatku kepadaMu.” (Hadis riwayat Abu Daud)

Adapun pada  ciri-ciri yang lain pula ujub lebih hampir kepada rasa takbur diri bersifat sukar sekali untuk menerima kebenaran, sering memandang remeh dan kurang menghargai orang lain. Sikap ini bisa diketahui saat ego atau nafsu lebih mendominasi didalam hati sehingga membuat hatinya menjadi keras. Kalau orang sudah terjangkit penyakit ini tidak segera menyadarinya, efeknya akan sangat berbahaya karena akan mengakibatkan hilangnya ketawadhuan seseorang. Dan biasanya perasaan seperti ini timbul karena ingin selalu dihormati dan disanjung dan juga ada kalanya suka memperagakan kelebihan diri kepada orang lain.
Sesungguhnya orang yang baik itu tidak ada yang dapat mengetahuinya kecuali Allah. Karena Allah sajalah yang Maha mengetahui setiap hati hamba-nya. Jika dipandangan manusia baik belum tentu dipandangan Allah itu baik tetapi lihatlah akan rahmat dan tadbir Allah jua sebagai kurniaan pada diri.Hendaknya kita janganlah terlalu cepat untuk menilai baik atau buruknya seseorang. Jika Allah telah menghendaki kebaikan pada diri seseorang, maka akhir kehidupan nya akan mendapatkan nikmat khusnul khotimah (Akhir yang baik). Dan semua itu tidak lain karena kurnia dan atas rahmat Allah jua.

Allah SWT berfirman :
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah- langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. An Nur: 21)
Sifat ujub juga adalah satu sifat yang telah mengujudkan hijab hamba Allah kepada khaliknya selagimana ananiyah(akuan diri) yang masih kuat bersarang didalam hati hamba Allah itu.
Untuk menghidari sifat ujub ini, munculkan lah selalu sifat tawadhu dan sibuk kan diri dengan melihat aib dan kekurangan diri sendiri. Sehingga tidak sempat lagi untuk melihat atau rasa kelbihan diri. Selalu berdo’a dan memohon kepada Allah dengan merendahkan diri agar dijauhkan dari penyakit-penyakit hati seperti sifat ujub ini. Dan satu hal yang amat penting bagi kita adalah dengan mengawali segala kebaikan yang dilakukan dengan merasakan semata-mata ia adalah kudrat dan keupayaan dari kurniaan Allah jua dengan lain perkataam sentiasa ia menilik akan tadbir Allah jua, pada peringkat salik (hamba yang perjalanan menuju kepada Allah) melazimi amalan zikir yang diambil dari pimpinan guru yang mursid hingga terbit warid yang dapat  mengenal serta menceraikan akan sifat yang tercela tersebut dalam diri.
Rasulullah SAW: “Apakah kamu mahu aku ceritakan kepadamu berkenaan amal perbuatanmu yang terbaik dan yang paling bersih dalam pandangan Allah serta orang yang tertinggi darjatnya di antara kamu, yang lebih baik dari bersedekah emas dan perak serta lebih baik dari memerangi musuh kamu semua dan memotong leher mereka, dan mereka juga memotong leher kamu!” Kemudian sekalian sahabat bertanya: “Apakah itu wahai Rasul?” Baginda SAW menjawab: “Zikir kepada kepada Allah.” – Hadis riwayat Al- Baihaqi
Semoga Allah selalu meridhoi semua amal kebaikan yang kita lakukan. Mohon maaf sekiranya ada sebarang kesilapan dalam menerbitkan kutipan nukilan ini sebahagiannya diambil dari kata-kata hikmah dari Arifbillah Ust Dr Zulkifli al Bakri sekadar untuk diterbitkan agar dapat menafaatnya untuk kita berkongsi bersama. kerana kesempurnaan hanya milik Allah, kekurangan dan kekhilafan hanya milik diri ini.

Sabtu, 28 Februari 2015

Kisah Kerohanian Sheikh Abu Yazid Al-Bustami


KISAH 1 : MASA SEBELUM KELAHIRANNYA
Datuk Abu Yazid al Bustami adalah penganut agama Zoraster (majusi). Ayahnya adalah seorang di antara orang-orang terkemuka di daerah Bustham.Kehidupan Abu Yazid yang luar biasa bermula semenjak dalam kandungan ibunya lagi.Setiap kali aku menyuap makanan yang ku ragukan halal haramnya. Ibunya sering berkata kepada Abu yazid dalam kandungan nya , ”engkau yang berada di dalam perutku memberontak dan tidak mahu berhenti memberontak, selagi makanan yang aku makan tidak dimuntahkan kembali”.


KISAH 2: BERBAKTI KEPADA IBUNYASetelah tiba waktunya, si ibu menghantar Abu Yazid ke Masjid. Abu Yazid mempelajari al Quran. Pada suatu hari gurunya menjelaskan erti sepotong ayat dari surah Al Lukman yang berbunyi:” Beterimakasihlah kepada Ku dan kepada kedua ibu bapa kamu”.Ayat ini sangat mengentarkan hati Abu Yazid. Abu Yazid meletakkan batu tulisannya dan berkata kepada gurunya: ”Izinkan saya pulang , ada yang perlu hamba katakan kepada ibuku”Si guru memberi izin. Lalu Abu Yazid pulang ke rumahnya.

Ibunya menyambutnya dengan kata-kata:”Thaifur, mengapa engkau pulang?. Apakah engkau mendapat hadiah atau ada sesuatu kejadian yang istimewa?””Tidak”, jawab Abu Yazid: ”Ketika pengajian ku sampai pada ayat di mana Allah memerintahkan agar aku berbakti kepada Nya dan kepada ibu. Tetapi aku tidak dapat mengurus dua buah rumah dalam waktu yang serentak ibu Ayat ini sangat menyusahkan hatiku. Mintalah daku ini kepada Allah sehingga aku menjadi milik mu seorang atau serahkanlah aku kepada Allah semata –mata sehingga aku dapat hidup untuk Dia semata-mata”.”Anakku”. Jawab ibunya: ”Aku serahkan engkau kepada Allah dan ku bebaskan engkau dari semua kewajipan mu terhadap aku. Pergilah engkau dan jadilah engkau seorang hamba Allah”.Di Hari kemudian , Abu Yzzid berkata:”Kewajipan yang pada mula ku kira sebagai kewajipan paling mudah di antara yang lain-lainya, ternyata merupakan kewajipan yang paling utama. Iaitu kewajipan untuk berbakti kepada ibu ku.. Di dalam berbakti kepada ibuku itulah ku perolehi segala sesuatu yang ku cari, yakni segala sesuatu yang hanya boleh difahami melalui tindakan displin diri dan pengabdian kepada Allah”.Antara peristiwa adalah sebagai berikut:Pada suatu malam ibu meminta air kepada ku. Maka aku pun pergi mengambilnya, ternyata di dalam tempayan kami tidak ada air. Ku lihat dalam kendi, tetapi kendi itu pun kosong jua. Oleh kerana itu pergilah aku ke sungai lalu mengisi kendi tersebut dengan air. Ketika aku pulang, , ternyata ibuku tertidur”.”Malam itu udara terasa sejuk. Kendi itu tetap dalam rangkulan ku. Ketika ibu ku terjaga, ia meminum air yang ku bawa itu kemudian memberkati diriku. Kemudian terlihatlah oleh ku betapa kendi itu telah membuat tanganku kaku:”Mengapa engkau tetap memegang kendi itu”, ibu bertanya.”Aku takut ibu terjaga sedang aku sendiri terlena”, Jawab ku.Kemudian ibu berkata kepada ku: ”Biarkan sahaja pintu itu setengah terbuka”.Sepanjang malam aku berjaga-jaga agar pintu itu tetap dalam keadaan setengah terbuka dan agar aku tidak melalaikan pesanan ibuku. Hingga akhirnya fajar melewati pintu, begitulah yang sering kulakukakan berkali-kali”.Setelah si ibu memyerahkan anaknya kepada Allah, Abu Yazid meninggalkan Bustham, merantau dari satu negeri ke satu negeri selama 3o puluh tahun, dan melaluikan disiplin diri dengan terus berpuasa di siang hari dan betariqat sepanjang malam. Ia belajar di bawah bimbingan 113 guru kerohanian dan telah memeperolehi manafaat dari setiap pelajaran yang mereka berikan.

KISAH 3: KEHEBATAN LELAKI SEJATI“Tuan, engkau boleh berjalan di atas air!”, murid-muridnya berkata dengan penuh kekaguman kepada Abu Yazid“Itu bukan apa-apa. Sepotong kayu juga boleh,” Beliau menjawab.“Tapi engkau juga boleh terbang di angkasa.”“Demikian juga burung-burung itu,” tunjuk Abu yazid ke langit.“Engkau juga mampu pergi ke Ka’bah dalam semalam.”“Setiap pengkelana yang kuat pun akan mampu pergi dari India ke Demavand dalam waktu satu malam,” jawab Abu Yazid“Kalau begitu, apa kehebatan seorang lelaki sejati?” murid-muridnya ingin tahu.“Lelaki sejati,” jawab Abu Yazid: “adalah mereka yang mampu melekatkan hatinya tidak kepada sesuatu pun selain Allah”.


KISAH 4: ABU YAZID PERGI HAJISeorang tokoh sufi besar, Bayazid Al-Busthami suatu saat pergi naik haji ke Mekkah. Pada haji kali pertama, ia menangis. “Aku belum berhaji,” isaknya, “karena yang aku lihat cuma batu-batuan Ka’bah saja.”Ia pun pergi haji pada peluang yang kedua berikutnya. Sepulang dari Mekkah, Bayazid kembali menangis, “Aku masih belum berhaji,” ucapnya masih di sela tangisan, “yang aku lihat hanya rumah Allah dan pemiliknya.”Pada haji yang ketiga, Bayazid merasa ia telah menyempurnakan hajinya. “Karena kali ini,” ucap Bayazid, “aku tak melihat apa-apa kecuali Allah subhanahu wa ta’ala….”


KISAH 5: TAKUT MENGOTORKAN MASJIDSetiap kali sampai di depan masjid, Abu Yazid Al Bustami berdiri sebentar, kemudian menangis.“Mengapa engkau menangis, hai Abu Yazid,?” Tanya seseorang suatu ketika.Aku merasa diriku seperti seorang wanita yang sedang haid sehingga aku malu memasuki masjid karena takut mengotori,” Jawab Abu Yazid Al Bustami.


KISAH 6: JANGAN SOMBONGSuatu ketika ketika Abu Yazid Al Bustami sedang duduk, di benaknya terlintas pemikiran bahwa dirinya adalah seorang besar, seorang wali pada zamannya. Tak lama kemudian dia sadar bahwa dirinya telah melakukan dosa besar. Dia segera bangkit dan pergi ke Khurosan. Sesampainya di sana dia menginap di sebuah tempat. Dia bersumpah bahwa dia tidak akan meninggalkan Khurosan sebelum Allah mengirimkan seseorang untuk mengingatkan dirinya yang alpa.Tiga hari tiga malam Abu Yazid Al Bustami tinggal di tempat itu. Pada hari keempat dia melihat seorang dia melihat seseorang bermata satu menunggangi unta dan mendekatinya. Setelah orang tersebut mendekat, Abu Yazid Al Bustami melihat tanda-tanda ketaqwaannya. Abu Yazid melambaikan tangan kepada unta tersebut agar berhenti.Setelah unta tersebut berhenti, orang tersebut berkata kepada Abu Yazid, “Kamu membawaku ke sini untuk membuka pintu yang terkunci dan menenggelamkan warga Bustam bersama Abu Yazid, benarkah begitu?Abu Yazid terperanjat mendengar kata-kata lelaki itu. Ia lalu bertanya, “Dari mana asalmu?”“Tak perlu kau tahu darimana aku. Kukatakan kepadamu bahwa sejak engkau mengucapkan sumpah di tanah Khurosan ini, aku telah menghadiri tiga ribu perkumpulan. Hati-hatilah wahai Abu Yazid. Jagalah hatimu. Tak ada yang berhak sombong di muka bumi ini kecuali Sang Pencipta jagad raya ini, Allah.”Setelah berkata begitu, orang bermata satu itu membangunkan untanya untuk kemudian segera pergi.


KISAH 7: JALAN TERBAIK DALAM KEROHANIANKepada Abu Yazid pernah ditanyakan, ” Apakah yang terbaik bagi seseorang menusia di atas jalan kerohaniannya,””kebahagiaan yang merupakan bakat semenjak lahir”, jawab Abu Yazid.”Jika kebahagiaan seperti itu tidak ada?’”Tubuh badan yang sehat dan kuat”.”Jika tidak memiliki tubuh badan yang sihat dan kuat?”Pendengaran yang tajam””Jika tidak memiliki pendengaran yang tajam?””hati yang mengetahui”’Jika tidak memiliki hati yang mengetahui?””mata yang melihat”Jika tidak memiliki mata yang melihat””Kematian yang segera”


KISAH 8: LUPA NAMAHampir setiap hari Abu Yazid Al Bustami begitu asyik dengan Tuhan. Keasyikan itu membuat dia sering lupa ketika memanggil nama seorang muridnya yang telah belajar padanya selama 30 tahun.“Anakku siapakah namamu?” Tanya Abu Yazid kepada murid tersebut.“Engkau suka mengolok-olokku, Guru,” kata sang murid. “Sudah tiga puluh tahun aku belajar kepadamu tetapi hampir setiap hari engkau menanyakan namaku.”“Bukan aku mengolok-olokmu, Anakku,” Kata Abu Yazid Al Bustami. “Tetapi nama-Nya telah memasuki hatiku dan mengeluarkan semua nama lain sehingga aku selalu lupa setiap kali mengingat nama baru.”


KISAH 9: ABU YAZID DENGAN SI GURU BESARAbu Yazid mendengar bahawa di suautu tempat tertentu terdapat seorabg Guru besar dalam bidang ilmu. Dari jauh ia datang untuk menemuinya. Ketika sudah dekat, Abu Yazid meyaksikan betapa guru besar yang termashur itu meludah ke arah Kota Makkah, kerana itu segera ia memutar langkahnya.“Jika ia memang telah memperoleh semua kemajuan itu dari jalan Allah”,Abu yazid berkata mengenai guru tadi, “Niscaya ia tidak akan melanggar hukum seperti yang telah dilakukannaya tadi”.


KISAH 10: TAK PERNAH MELUDAH SEPANJANAG HAYATDiriwayatkan bahawa rumah Abu Yazid hanya kira-kira 40 langkah dari sebuah masjid, tetapi ia tidak pernah meludah ke arah jalan dan meghormati masjid tersebut.


KISAH 11: PERJALANAN ABU YAZID KE KAABAH MAKKAHPerjakanan Abu yazid menuju kaabah memakan waktu 12 tahun penuh. Hal ini , kerana setiap kali bersua dengan sesoarang pemberi khutbah, yang memberikan pengajaran di dalam perjalannanya itu, Abu Yazid segrea mebentangkan sejadahnya dan melakukan solat sunat 2 rakaat.Mengenai hai ini Abu Yazid berkata: ” kaabah bukanlah seperti serambi istana raja, tetapi suatu tempat yang dapat dikunjungi orang setiap saat”.Akhirnya sampailah ia ke kaabah tetapi ia tak pergi ke Madinah pada tahun itu juga.”Tidaklah wajar kunjungan ku ke Madinah hanya sebagai pelengkap sehaja”, Abu Yazid menjelaskan , ”Aku akan mengenakan pakaian Haji yang berbeza bila mengunjungi Madinah ”.Tahun berikutnya sekali lagi ia menunaikan ibadah haji. Ia mengenakan pakaian yang berbeza untuk setiap tahap perjalanannya sejak mulai menempuh padang pasir. Di sebuah Pekan dalam perjalanan tersebut, suatu rombongan besar telah menjadi anak muridnya dan ketika ia meninggalkan tanah suci, banyak orang yang mengikutinya.”Siapakah orang-orang ini?”, ia bertanya sambil melihat ke belakang. “Mereka ingin berjalan bersamamu”, tedengar sebuah jawapan.“Ya Allah”, Abu Yazid memohon, “janganlah Engkau tutup penglihatan hamba-hamba Mu kerana ku”.Untuk menghilangkan kecintaaan murid tadi kepadanya dan agar diri nya tidak sampai menjadi penghalang bagi mereka , maka setelah selasai malakukan solat Subuh,Abu Yazid berseru kepada mereka: “sesungguhnya Aku adalah Tuhan mu, Tiada Tuhan selain Aku dan kerana itu sembahlah aku”.“Abu Yazid sudah gila!”, seru mereka kemudian meninggalkannya.


KISAH 12: ABU YAZID DENGAN TENGKORAK SI SUFIDi tengah perjalanannya ia menemui sebuah tengkorak manusia yang bertuliskah: Tuli, bisu, buta.... mereka tidak memahami.Sambil menangis Abu Yazid memungut tengkorak itu lalu menciumnya. ”sesunggubnaya ini adalah tengkorak sorang sufi”, keluar dari mulutnya secara spontan, ”Yang menjadi lebur di dalam Allah... ia tidak lagi mempunyai telinga untuk mendengar suara abadi, tidak lagi mempunyai mata untuk menmandang keindahan abadi, tidak lagi mempunyai lidah untuk memuji kebesaran Allah, dan tidak lagi mempunyai akal walaupun untuk merenungi sepercikan ilmu Allah yang sejati. Tulisan ini adalah mengenai dirinya”.


KISAH 13: ABU YAZID DENGAN PENUNGGANG UNTA BERMATA SATUSustu ketika Abu Yazid melakukan perjalanannya seperti biasa, Ia membwa seekor unta sebagai tungangan dan pemikul barang bekalananya.”Binatang yang malang, betapa berat bebanan yang engkau pikul, sungguh kejam!”, seorang pemuda berseru.Setelah mendengar seruan dari pemuda itu berulangkali, akhirnya Abu Yazid pun menjawab, ”Wahai anak muda, sebenarnya bukan unta ini yang memikul bebanannya”.Kemudian si pemuda meneliti apakah bebanan benar-benar berada di atas punggung unta tersebut, oh barulah ia percaya setelah melihat bebansn itu melampung satu jengkal di atas punggung unta dan binatang itu sedikit pun tidak memikul bebanan tersebut.”Maha besar Allah, benar-benar menakjubkan!”, seru si pemuda tadi.:Jika ku sembunyikan kenyataaan-kenyataan yang sebenarnya mengenai diriku, engkau akan melontarkan celaan kepada ku”, kata Abu yazid kepada pemuda terrsebut, ”tetapi jika kujelaskan kenyataan-kenyataaa itu kepada mu, engkau tidak dapat memahaminya, bagaimana seharusnya sikap ku terhadap mu?!”.


KISAH 14: PANNGILAN PULANG ABU YAZID KE BUSTAMSetelah Abu Yazid mengunjungi Kota Madinah, datang sebuah perintah yang menyuruhnya segera pulang untuk melawat ibunya, Ditemani sekumpulan orang, ia pun berangkat pulang menuju Bustham, tempat tinggal ibunya.Beriata kedatangan Abu Yazid teresebar dengan cepat di seluruh kota Bustham dan penduduk kota datag untuk menemuinya. Keadaan ini dah pasti Abu Yazid akan sibuk melayani mereka semua dan membuat ia terhalang untuk meyegerakan perintah Allah. Oleh itu, ketika penduduk Kota telah hampir sampai, dari celah lengan bajunya ia mengeluarkan sepotong roti, walhal ketika itu dalam bulan ramadhan, tetapi dengan tenang Abu Yazid memakan roti tersebut. Begitu penduduk Bustham menyakasikan perbuatanya, mereka lalu berpaling darinya.“Tidakakah kalian sasksikan”. Kata Abu Yazid kepada sahabat-sahabatnya, “ betapa aku mematuhi sebuah perintah dari hukum yang suci, tapi semuanya orang berpaling dari ku”.Dengan penuh kesabaran Abu Yazid mrnunggu hingga malam tiba. Tengah malam ia mamasuki kota Bustham. Ketika sampai di depan rumah ibunya, untuk berapa lama ia berdiri mendengan ibunya yang sedang bersusci lalu solat.”Ya Allah, peliharalah dia yang terbuang”, terdengar doa ibunya, ”cenderungkalah hati para syekh kepada dirinya dan berikanalah petunhuk kepadanya untuk melakukan hal-hal yang baik”.Mendengar doa ibunya itu Abu Yazid menanagis. Kemudian ia mengetuk pintu ”Siapakah itu?, tanya ibunya dari dalam.”Anakmu yang terbuang”, sahut Abu yazid.Dengan menangis si ibu membuka pintu,. Ternayata penglihatan ibunya sudah kabur.”Thaifur”, si ibu berkata kepada anaknya.” tahukah engkau mengaapa mata ku manjadi kabur seperti ini?. Kerana kau ibu telah sedemikian banyak menitiskan air mata semenjak berpisah dengan mu. Dan belakang tubuhku telah bongkok kerana beban duka yang ku tanggungkan itu”


KISAH 15: KISAH DUA PUCUK SURAT YAHYA MUAZ KEPADA ABU YAZIDYahya bin Mu’adz Ar-Razi pernah menulis surat kepada Abu Yazid demikian: ”Apakah pendapat tuan mengenai seseorang yang telah meminum air lalu mabuk dan kekal mabuk selamanya”Abu Yazid menjawab: ”Aku tidak tahu”, ”Yang aku ketahui hanyalah bahawa di sini ada seseorang yang sehari semalam telah meneguk isi lautan yang luas yang tiada bertepi , pun begitu masih merasa kehausan dan dahaga”Yahya Ar Razi mengirim sepucut surat lagi:“Ada sebuah rahsia yang hendak kukatakan kepada mu tetapi tempat pertemuan kita adalah di dalam syurga. Di sana di bawah naungan pohon akan ku katakan rahsia itu kepada mu”. Bersamaan dengan surat itu, Yahya mengirimkan sepotong roti dengan pesan: ” Syeikh harus memakan roti ini kerana aku telah membuatnya dari air zam-zam”Lalu Abu yazib menjawab: ” mengenai tempat pertemuan yang engkau katakan, Dengan hanya mengingatNya, pada saat itu juga aku dapat menikmati syurga, tetapi roti yang engkau kirimkan itu tidak dapat ku nikmatinya, kerana aku tidak tahu sama ada kandungan tepungnya itu dibuat benar-benar diperolehi secara halal. Saya syak wasangka terhadap kebersihannya, Engkau memang mengatakan air apa yang telah engkau gunakan, tetapi engkau tidak mengatakan benih gandum apa yang telah engkau taburkan”


Kisah 16: TIDAK MAHU MENERIMA APA-APA DARI MAKHLUKApabila Abu Yazid telah tua, datanglah seoarang hamba Allah mengirim kepadanya sebuah kerusi kusyen untuk tempat duduk. Beliau enggan menerimanya dan berkata:” Orang yang ada disisinya kerusi kurniaan dan rahmat Allah, tidak perlu kepada kerusi empuk yang rendah mutunya, dan juga saya tidak mahu meneriama apa-apa dari makhluk”


KISAH 17: ISTANA KOSONGPada suatu malam ketika aku masih kecil , aku keluar dari kota Bustam. Kedaan bersinar terang dan bumi tertidur tenangTiba-tiba aku lihat suautu kehadiran. Di sisinya ada 18,000 dunia tampaknya sebagai sebuah debu belaka. Hatiku bergetar kuat, lalu hanyut dilanda gelombang rasa yang dasyat,Aku berseru;” Ya Allah, senyap istana yang demikian besarnya tapi sedemikian kosong. Hasil karya yang seniman agung tapi begitu sepi?.Lalu terdengarlah oleh suatu jawapan dari langit: ”Istana ini kosong bukan kerana tak seorang pun mamasukinya tetapi kami tidak meperkenannya sesiapa untuk memasukinya. Tak seorang manusia yang tak mencucui muka pun yang boleh menghuni istana ini”.Maka aku lalu betekad untuk mendoakan semua manusia. Kemudian terfikir oleh ku bahawa yangberhak untuk menjadi perantara ialah Muhammad saw.Oleh itu, aku hanya memperhati tingkah laku ku sendiri. Kemudian terdengar pula, suatu suara yang meneyeru;” Kerana engkau berjaga-jaga untuk selalu berkelakuan baik dan sopan,. Maka aku muliakan nama mu sampai hari kebangkitan nanti dan ummat manusia akan meyebut mu sufi”.


KISAH 18: BERMIMPIKAN MALAIKATSautu malam Abu Yazid bermimpi malaikat-malaikat dari langit pertama turun ke bumi, Kepada Abu Yazid mereka berseru:’ Bangkiltlah dan marilah berzikir kepada Alllah”Abu Yazid menjawab: Aku tidak mempunyai lidah untuk berzikir kepada Nya”Malaikat dari langit yang kedua turun pula ke bumi. Mereka meyeru kata-kata yang sama kepada Abu Yazid, dan memberikan jawapan yang sama. Begitulah seterusnya sehingga kepada malaikat dari langit ke tujuh. Namun jawapan yang diberikan oleh Abu Yazid yang itu-itu juga.Maka malaikat-malaikat itu bertanya kepada Abu Yazid:’ Bilakah engkau akan memulai lidah untuk berzikir kepada Allah”Lalu dijawab oleh Abu Yazid: ” Apabila penduduk neraka telah tetap di neraka dan penduduk syurga tetap di dalam syurga dan pada hari kebankitan telah tiba nanti. Maka Abu Yazid akan megelilingi singhsana Allah sambil berseru: ”Allah, Allah!”

KISAH 19: KISAH ABU YAZID DENGAN YAHYA BIN MU’ADZDiceritakan oleh Yahya bin Mu’adz, bahwa dia pernah mendampingi Abu Yazid dalam salah satu “latihan kerohaian rasa” di bidang Musyahadah (Penyaksian), yang mana beliau selepas selesai sembahyang isya’, duduk bersimpuh dengan kedua tumit dinaikkan, seraya dagu dirapatkan ke dada, dan rapat ke muka, berjam-jam lamanya sehingga terbit fajar di waktu subuh!Pada saat itu beliau lalu sujud lama sekali kemudian duduk kembali dan berdoa ” Wahai Tuhanku, ada orang-orang memohon kepadaMu, lalu Engkau kurniakan kesanggupan berjalan di atas air bahkan di udara, dan mereka berasa puas dengan ini. Tetapi daku berlindung kepadaMu dari hal-hal begini.Ada pula orang-orang yang bermohon kepadaMu, lalu Engkau kurniai ilmu berjalan cepat seperti angin, dan mereka senang dengan ini. Tetapi daku berlindung kepadaMu dari hal-hal begini.Ada pula orang-orang yang memohon kepadaMu, lalu Engkau kurniai perbendaharaan bumi, dan Mereka pun berasa senang dengannya. Tetapi daku berlindung kepadaMu dari emas-intan ini!Begitu halnya, sampai beliau hitung lebih dua puluh macam keramat para Wali, kemudian beliau menoleh dan ketika terpandang kepadaku, beliau bertanya: ”Sejak bila anda berada di sini?”Jawabku: ”Sejak tadi!” . Beliaupun kembali berdiam diri,lalu ujarku: ”Sudilah anda menceritakan sedikit kepadaku!”Jawab beliau: ”Kuberitakan kepadamu hal-hal yang sesuai dengan tarafmu: Daku diizinkan Tuhan memasuki alam bawah, lalu aku diedarkan diorbit bahagian bawah, diperlihatkan kepadaku lapisan-lapisan bumi sampai kepusatnya, kemudian daku diizinkan Tuhan memasuki alam atas, lalu dibawa mengedar pelbagai orbit di langit tinggi, kemudian diperlihatkan kepadaku Taman-Taman Syurga sampai ke siktar Arasy.Akhirnya daku ditampilkan berdiri di antara kedua tanganNya dan Tuhan bertanya:” Mohonkanlah kepadaku apa sahaja di antara segala yang telah nampak oleh mu itu, dan akan ku-beri!”Jawabku: ”Wahai Tuhanku, tidak ada kulihat suatu pun yang kusenangi dan akan kuminta kepadaMu!”Firman Tuhan: ”Kamulah hambaku yang sebenarnya tulen. Anda menyembahku kerana Diriku semata-mata. Akan ku kurniai anda ini dan itu…. lalu disebutkan beliau hal-hal ajaib:.Yahya meneruskan ceritanya:Daku merasa kagum dan gentar serta penuh rasa ajaib mendengar hal-hal itu, lalu ujarku: “Tuan Guru! kenapa tidak anda mohonkan saja keputusan ilmu Ma’rifah?Sedangkan Maharaja Diraja telah menegaskan ” Mintalah dan aku akan makbulkan”Mendengar ini, beliaupun berteriak:“Tutup mulutmu! Daku begitu mabuk cinta, sehingga merasa cemburu terhadap diriku sendiri dan tidak ingin Dia dikenal penuh selain Dia”.Demi keagungan Allah”, Yahya memohon: “berikanlah kepada ku sebahagian dari kurnia-kurnia yang telah engkau di tawarkan kepada mu malam tadi”.“seandaianya engkau memperoleh kemuliaan Adam, kesucian Jibril, kelapangan hati Ibarahim, kedambaaan Musa kepada Allah, kekudusan Isa, dan kecintaaaan Muhammad, niscaya engkau masih marasa belum puas. Engkau akan mengharapkan hal-hal lain yang melampaui segala sesuatu”, Jawab Abu Yazid“tetaplah merenung Yang maha Tinggi dan jangan rendahkan pandangan mu, kerana apabila engkau merendahkan pendanagan mu kepada sesuatu hal maka hal itulah yang akan membuatakan mata mu”


KISAH 20: ABU YAZID DENGAN IMAM SOLATSuatu ketika Abu Yazid solat di belakang seorang imam. Selepas solat, imam itu bertanya kepada Abu Yazid: “nampaknya tuan tidak mempunyai apa-apa pekerjaaan. Bagaimana tuan dapat nafkah”..Abu Yazid menjawab; “Sebelum saya menajawab pertanyaan tuan, lebih baik tuan keluar dari tempat imam dalam solat ini, kerana barangsiapa yang tidak tahu bahawa yang memberi rezeki itu adalah Allah dan tidak kepada Allah, maka dia tidak layak menjadi imam dalam solat


KISAH 21: TIDAK MAJU DALAM KEROHANIANApabila seorang hamba Allah bertanya kepada Abu Yazid kenapa dia tidak maju dalam bidang kerohanian setelah duduk bersama beliau beberapa lama. Abu Yazid men jawab: “ kerana nafsu amarahmu tidak dapat dikawal, dan kamu tidak buangkan kemualiaan seperti kamu buangkan kehinaaan. Anggaplah kedua-duanya sama”.
KISAH 22: BERSAMA NABI KHIDIR ASPada suatu hari , ada seseoarng berkata kepada Abu Yazid; “ sewaktu ada orang meninggal dunia di Tabaristan, ku lihat engkau di sana bersama Nabi Khidir as, dia merangkulkan tangan ke lehermu , sedang engkau pula menaruh tangan mu ke punggungnya. Ketka para penghantar pulang dari pemakaman , ku lihat engkau terbang ke angkasa. ” Ya, segala yang engkau lihat katakan itu benar-benar terjadi”, jawab Abu Yazid.


KISAH 23: KISAH ABU YAZID DENGAN GURUNYA IMAM JAAAFAR AS SADIQSalah seorang gurunya yang bernama Imam jaafar as Sadiq, telah menyuruh beliau membawa sebuah buku yang terletak di almari dalam biliknya. Abu Yazid bertanya kepada gurunya itu, “ Di mana letaknya almari itu , tuan guru”. Gurunya berkata: “ Kamu telah beberapa tahun lamanya bersama ku tetapi kamu masih tidak tahu tempat almari itu”.
Abu Yazid menjawab: ”selama ini aku tidak pernah memandang ke atas atau ke bawah dalam bilik itu”Gurunya berkarta dengan hati yang puas; ”Kamu telah cukup maju, dan kembalilah ke Bustam, di sana kamu akan menjadi maju dan masyhur lagi dalam bidang kesufian dan keroahian ini.


KISAH 24: ABU YAZID DIINTIPAda seorang hamba Allah yang mengintip kerja-kerja harian yang dilakukan oleh Abu Yazid dan bagaimana beliau solat. Tiba-tiba Abu Yazid menyebut nama Allah dan terus pengsan. Setelah sedar, Abu Yazid ditanya apa telah terjadi kepadanya. Abu yazid menjawab: “ Apabila ku menyebut nama Allah, saya telah masuk ke langit. Di situ saya melihat seekor naga besar dengan mulut terbuka hendak menerkam aku”, lalu aku bertanya kepada naga itu:, “dimana aku boleh melihat Tuhan kerana dalam Al Quran ada meyebutkan bahawa Tuhan itu berada di langit”, maka tiba-tiba aku tedengar suara yang berkata: “Allah itu berada dalam hati-hati yang remuk rendam di dalam dunia”, dan ayat Al Quran pun ada meyebutnya berbubnyi : ” Allah itu berada dalam hati-hati yang taat dan tidak takabbur”Apabila aku mencapai kehampiran dengan Allah, aku terdengar lagi suara Ketuhanan itu berkata: ” Pintalah apa yang kamu kehendaki”. Lalu aku menjawab: ” Saya pinta apa yang Kamu ingin lakukan terhadap ku” . Lagi sekali suara itu berkata: ”Fanakan dirimu agar kamu baqa berasama Ku”.Saya pun tunduk taat kepada perintah itu.


KISAH 25: INGIN MAJU DALAM KEROHANIANSuatu hari Abu Yazid sedang berjalan-jalan. Datang seorang hamba Allah dari belakang menuruti beliau. Dia meletakkan tapak kakinya di tempat bekas tapak kaki Abu Yazid selangkah demi selangkah. Kemudian orang tersebut juga meminta sebahagian daripada baju kulit beliau untuk dipakai agar dapat maju dalam bidang kerohanian.
Abu Yazid berkata: ”Jangankan baju ku yang engkau pakai, bahkan jika kulitku aku seliatkankan dan beri kepada mu, kamu tidak akan dapat maju dalam bidang kerohanian ini,, sehinggalah kamu mengamalkan dengan tekun dan jaya segala amalan kerohanian yang aku lakukan”.


KISAH 26: ABU YAZID DENGAN SEEKOR ANJING HITAMSuatu hari hari Abu Yazid berjalan-jalan dengan beberapa orang muridnya, jalan yang sedang mereka lalui agak sempit dan tiba-tiba dari arah yang bertentangan datanglah seekor anjing hitam. Abu Yazid menyingkir ke tepi untuk memberi jalan kepada anjing tersebut.Salah seorang muridnya tidak menyetujui tindakan Abu Yazid itu, dan berkata:” Allah maha besar telah memuliakan manusia di atas segala makhluk-makluknya. Abu Yazid adalah raja diantara kaum sufi, tetapi dengan ketinggian martabatnya itu berserta murid-muridana itu masih memberi laluan kepada seeokor anjing. Aaak wajar tindakan seperti itu?Abu Yazid menjawab: “ Anak muda, anjing tadi secara diam-diam telah berkata kepadaku: ” Apakah dosaku dan apakah pahalamu pada awal kejadian sehingga aku berpakaian kulit anjing dan engkau mengenakan jubah kehormatan sebagai raja di antara ahli sufi?Begitulah sampai ke dalam fikriranku dan kerana itu aku memberi jalan kepadanaya”


KISAH 27: MEMEGANG BUAH EPALSuatu ketika Abu Yazid memegang buah epal, Abu Yazid berkata: ” Alangkah baiknya!”. terdengar suara ketuhanan berseru.” Tidakkah engkau malu memuji epal itu, padahal pujian itu adalah untuk Ku sahaja?”Sebagai hukuman, beliau tidak mengalami kelazatan dalam solatnya selama 40 hari. Beliau membuat keputusan tidak mahu makan buah buahan untuk selama-lamanya.


KISAH 28: DIAJU SOALAN KEROHANIANAda ketika, segelintir orang bertanya kepada Abu Yazid:’ Apakah yang pada pendapat kamu yang menjadi penghalang besar dalam menuju Allah?”Beliau menjawab;” Tanpa kehendak Nya sangat susah untuk mengahadapkan hati kepadaNya, dan jika dengan kehendakNya senang sahaja berjalan menuju Dia itu”.


KISAH 29: ABU YAZID DENGAN SANG PERTAPAAda seorang pertapa merupakan antara tokoh-tokoh suci terkenal di Kota Bustham. Ia mempunyai ramai pengikutnya, tetapi ia sendiri sentiasa mengikuti pengajaran-pengajaran yang diberikan oleh Abu Yazid. Dengan tekun ia mengikuti ceramah-ceramah Abu Yazid dan duduk bersama sahabat-sanahat beliau.Pada suatu hari, ada keluangan masa, berkatalah ia kepada Abu Yazid:” Pada hari ini genaplah 30 tahun lamanya aku berpuasa dan memanajat doa sepanjang malam sehingga aku tidak pernah tidur. Namun pengetahuan ilmu yang engkau sampaikan ini belum pernah menyentuh hatiku. Walau demikian aku percaya kepada pengetahuan itu dan senang mendengar ceramah-ceramahmu”lalu ujar Abu Yazid:” Walaupun engakau berpuasa pada siang hari selama 300 tahun, sedikit pun dari ceramah-ceramahku ini tidak akan dapat engkau hayati dengan seksama”.”Mengapakah demikian?”, tanya si murid.“Kerana mata mu tertutup oleh dirimu sendiri”, jawab Abu Yazid.”Apakah yang harus kulakukan?”, tanya si murid pula.”Jika kukatakan, pasti engkau tidak mahu menerimanya””Akan ku terima!, katakanlah kapadaku agar kulakaukan seperti engkau suruh itu”’Baiklah!” , jawab Abu yazid.”Sekarang ini juaga cukurlah janggut dan ramabutmu. Tinggal akan pakaian yang sedang engku pakai in dan gantilah dengan cawat yang berbuat dari bulu domba. Gantungkan sebungkus kacang di lehermu, kemudian pergilah ke tempat ramai. Kumpulkan anak-anak seramai mungkin dan katakan kepada mereka: ” Akan kuberikan sebutir kacang kepada setiap orang menampar kepalala ku”Dengan cara yang sama pergilah megelilingi kota, terutama sekali di tempat-tempat di mana orang-orang sudah mengenal mu. Itulah yang harus kau lakukan”.”Maha besar Allah!, Tiada Tuhan kecuali Allah”, cetus si murid setelah mendangar kata-kata Abu Yazid tersebut.Jika seorang kafir mengucapkan kata-kata itu niscaya ia menjadi muslim”. Kata Abu yazid. ” tetapi dengan mengucapkan kata-kata yang sama engkau telah memepersekutukan Allah”’Mengapa begitu?”, tanya si murid.”Kerana engkau merasa bahawa dirimu terlalu mulia untuk berbuat seperti yang telah ku katakan tadi. Kemudian engkau mencetuskan kata –kata tadi untuk menunjukkan bahawa engkau adalah seseorang yang penting, bukan untuk memuliakan Allah. Dengan demikian bukankan kah engkau telah mempersekutukan Allah:”Cadangan-cadangan kamu tadi tidak dapat ku lakasanakan. Berikan cadangan-cadangan lain”. Ujar simurid lagi.Hanya itu sahaja yang dapat ku cadangkan”, Abu Yazid menegaskannya.‘Aku tak sanggup melakukkannya” , si murid mengulangi kata-katanya.”Bukanakah telah ku katakan bahawa engkau tak akan sanggup untukmelaksanakan dan engkau tidak akan boleh menuruti kata-kata ku”, kata Abu Yazid


KISAH 30: ABU YAZID DENGAN SEEKOR ANJINGPada suatu hari Abu Yazid sedang melalui sebuah lorong, dengan semena-mena ada seekor anjing berlari-lari disampingnya. Melihat hal itu, Abu Yazid segera mengangkat jubahnya, tetapi si anjing itu berkata:’ Tubuhku kering dan aku tidak melakuakan apa-apa kesalahan. Seandainya tubuh ku basah, engkau boleh mencucinya dengan air yang bercampur dengan tanah 7 kali, maka selesailah persoalan antara kita. Tetapi apabila engkau menyingsingkan jubah kamu sebagai seorang parsi, dirimu tidak akan menjadi bersih walau engkau membasuhnya dengan 7 lautan “Abu Yazid menajawab:” Engkau kotor secara lahiriah tetapi aku kotor secara batiniah marilah kita besama-sama berusaha agar kita berdua menjadi bersih.”Tetapi si anjing menyahut: “ engkau tidak wajar untuk berjalan bersama-sama dengan diri ku dan menjadi sahabatku, kerana semua orang menolak kehadiranku dan meyambut kehadiaran mu. Siapapun yang bertemu denganku akan melempariku dengan batu tetapi manusia bertemu denganmu akan meyambutmu sabagai raja di antara para sufi. Aku tidak pernah menyimpan sepotong tulang tetapi engkau memiliki sekarung guni gandum untuk makanan keesokan hari”.Abu Yazid berkata lagi:” Aku tidak wajar berjalan bersama-sama seeokor anjing!. Bagaimana aku dapat berjalan bersamanya yang abadi dan kekal?. Maha besar Allah yang telah memberi pengajaran kepada yang termulia di antara makhluknya melalui yang terhina di antara semuanaya!”Kemudian Abu Yazid meneruskan ceritanya: ” Aku sangat bersedih dan duka, bagaimana aku hamba Allah yang patuh?:Aku berkata kepada diriku sendiri: ” Aku akan pergi ke pasar untuk membeli ikat pinggang, yang dipakai oleh orang-orang bukan Muslim, dan ikat pinggang itu akan ku pakai sebagaimana namaku menjadi hina di dalam pandangan orang! pergilah aku ke pasar hendak membeli sebuah ikat pinggan. Di dalam sebuah kedai terlihat olehku ikat pinggang yang sedang panjangnya. harganya paling tidak 1 dirham”, kataku dalam hati”.Kemudian aku bertanya kepada penjual di kedai tersebut; ”Berapakah harga ikat pinggang ini?. ”Seribu dinar ”, jawabnya. Aku tak dapat berbuat apa-apa, berdiri dengan kepala tertunduk.Pada saat itu terdengar olehku sebuah suara dari atas langit;’ Tidak tahukah engkau bahawa dengan harga di bawah 1000 dinar orang-orang tidak akan menjual sebuah sabuk untuk diikatkan ke pinggang seseorang manusia seperi engkau?”. Mendengar seruan itu, hatiku bersorak riang kerana tahulah aku bahawa Allah masih memerhatikan hambanya ini lagi”


KISAH 31: ABU YAZID DENAG PENGANUT AGAMA MAJUSIDi sebelah rumah Abu Yazid tinggal seorang penganut agama Majusi. Ia mempunyai seorang anak yang selalu menangis kerana rumah mereka gelap tidak berlampu. Abu Yazid sendiri telah memabwa sebuah pelita untuk mereka. Si anak segera berhenti menangis.Lalu mereka berkata:” Kerana cahaya Abu Yazid telah memasuki rumah mereka ini, maka sangat disayangkan apabila kita tetap berada di dalam kegelapan”Mereka segera memeluk agama Islam.


KISAH 32: ABU YAZID DUJIPada suaut hari seorang lelaki yang tidak mempercayai tentang kelebihan pada Abu Yazid., lalu datang mengunjunginya untuk mengujinya:Katakan kepada ku jawapan sesuatu masalah”, katanya kepada Abu Yazid.Abu Yazid melihat betapa lelaki itu menaruh keraguan terhadapnya di dalam hati.Maka berkatalah Abu Yazid: ”Di atas sebuah gunung ada sebuah gua daa di dalam gua itu ada seorang sahabatku. Mintalah padanya untuk menjelaskan masalah itu kepadamu”.Lelaki itu segera pergi ke gua yang diakatakan oleh Abu Yazid. Tetapi yang dijumpainya di sana seekor naga yang besar dan sangat menakutkan. Menyaksikan hal ini ia pun jatuh pingsan dan pakaiannya menajdi kotor. Begitu dia sedar cepat-cepat ia meninggalkan tempat itu,. Tetapi kasutnya tertinggal. Lalu ia kembali kepada Abu Yazid. Sambill melutut di depan Abu Yazid lalu ia bertaubat. Abu Yazid berkata kepadanya; ” Maha besar Allah!. Engkau tidak berani mengamabil kasutmu kerana takut kepada makhlukNya. Apakah engkaurtakut kepada Allah, bagaimanakah engkau berani mengambil rahsia yang engkau cari di dalam keingkaran mu”


KISAH 33: KEKHUSUKKAN ABU YAZIDKekhusukaan Abu Yazid berbakti kepada Allah, memang tidak tertandingkan oleh sesiapa pun, sehingga setiap hari apabila disapa oleh muridnya yang sentaisa meneertainya selama 20 tahun, ia akan bertanya:” Anakku, siapakah namamu?”Suatu hari si murid berkata kepada Abu Yazid; ” guru, engkau menpersenda-sendakan daku. Telah 20 tahun aku mengabadi kepada mu tetapi setiap hari engkau menanyakan namaku!””Anakku”, Abu Yazid menjawab, ” Aku tidak mepersendakan mu, tetapi NamaNya telah memenuhi hatiku dan telah menyisihkan nama-nama yang lain, Setiap kali kali aku untuk mengingati sebuah nama lain, segeralah nama itu terlupakan olehku”.


KISAH 34: DUNIA DITALAK TIGAPernah Abu Yazid berkata: ”Dunia ini telah ku talak tiga. Kemudian seorang diri ku berjalan menuju Yang sendiri. Aku berdiri di hadapan hadiratNya dan berseru: ”Ya Allah, kecuali Engkau , tiada sesuatu pun yang ku inginkan. Apabila Engkau telah ku Perolehi maka semuanya akan ku perolehinya’.”Setelah Allah mengetahui keikhlasan hati ku itu,. Maka kurnia pertama yang diberikannya kepada ku adalah membukakan tadbir keakuan dari depan mata ku”


KISAH 35: PELEBURAN DIRI ABU YAZIDSeseorang bertanya kepada Abu Yazid;” Apakah yang dimaksudkan dengan singahsana Allah”Abu Yazid menjawab:” Singahsana itu aku””Apakah yang dimaksudkan dengan loh dan pena Allah.””Loh dan pena Allah itu adalah aku”’Allah mempunyai hamba-hambanya seperti Musa, Ibrahim dan Isa. ’Mereka itu adalah aku””Allah mempunyai habaa-hambnya seperti Jibarail, mikali, Isafil”.” Mereka itu adalah aku”Lelaki yang bertanya lalu diam tak terkata.Kemudian Abu Yazid berkata:” Barangsiapa yang telah lebur di dalam Allah dan telah mengetahui hakikat mengenai segala sesuatu yang ada, maka segala sesuatu baginya adalah Allah”.


KISAH 36: MENDENGAR KEBAIKAN MENJADI LUPAAbu Yazid Al Bustami sejak kecil taat kepada Allah dan suka berbuat kebajikan. Kedua orang tuanya selalu menjaga diri untuk tidak makan kecuali yang halal. Abu Yazid, sejak dalam kandungan dan menerima air susu ibunya, tidak pernah berkenalan dengan barang Syuhbat, apa lagi haram. Pada tahap awal keinginannya, jika mendengar suatu kebaikan, beliau mudah lupa.
” Apakah ibu ingat pernah memakan sesuatu yang haram atau Syuhbat ketika mengandung atau menyusuiku, sebab jika mendengar kebaikan aku mudah lupa ? ” tanya Abu Yazid kepada ibunya.” Anakku, suatu hari ketika sedang mengandung atau menyusuimu, aku melihat sepotong keju tergeletak di tempat fulan. Saat itu aku sedang mengidam, dan benar – benar menginginkan keju itu. Lalu ku ambil secuil keju dan kumakan tanpa sepengetahuan pemiliknya. “Mendengar jawaban ibunya, Abu Yazid segera mengunjungi pemilik keju itu.” Wahai fulan, dahulu ketika mengandung atau menyusuiku, ibuku telah memakan secuil kejumu. Sekarang aku mohon agar engkau sudi memaafkannya, atau engkau tetapkan berapa harga secuil keju itu, nanti aku akan membayarnya, ” kata Abu Yazid setelah bertemu pemilik keju.” Ibumu telah kumaafkan dan apa yang ia makan telah kuhalalkan, ” kata pemilik keju.Sejak saat itu, Abu Yazid tak pernah lupa, bila mendengar kebaikan. Anggota tubuhnya semakin ringan untuk berbuat kebajikan.


KISAH 37 : KEKERAMATAN ABU YAZIDAl Qusyairi mengisahkan, bahawa Abdul Rahman bin Muhmad As Shudi berkata:” Pakcik ku pernah bercerita.Pada suatu hari ketika kami hadir dalam majlis Abu Yazid, tiba-tiba beliau berkata: ”Bangunalah kalian mari kita menyambut kedatangan seorang Wali Allah”, Kami berjalam di belakang beliau sampai ke sempadan kota, setibanya kami di perbatasan kota, kami bertemu denagan Syeikh Ibrahim bin Sayaibah Ak Harawi yang sedang memasuki perbatasan kota.Abu Yazid berkata:”Tergerak dalam hatiku untuk menyambut mu dan untuk ku mintakan syafaat dari Allah”.Jawab Syeikh Ibrahim: “Jika ku minta syafaat bagi mu dan engkau pun diberi syafaat oleh Allah, maka hal itu tidaklah sulit bagi Allah kerana engkau dijadikan dari tanah”. Abu Yazid jadi terharu dengan jawapan dari beliau itu.Imam Al Manawi mengisahakan, bahawa ada salah seorang murid Abu yazid berkata: : ”Aku pernah bertanya tentang maksud bertawakkal kepada Syeikh Abdul Raham bin Yahya”. Beliau memberi jawapan yang kurang kuarng memuaskan. Kemudian ku mengetuk pintu rumah Abu Yazid untuk ku tanyakan maksud tawaakkal, Abu yazid tidak membuka pintu pada ku daa beliau hanya berkata dari belakang pintu: : ”Tidakkah cukup dengan jawapan Abddul Rahman bin Yahya”.Jawab ku:’buakakan pintu pada ku”. Jawab Abu yazid: “Kamu datang kemari bukan kerana ingin menziarai aku, kamu hanya ingin bartanya sahaja, dan Syeikh Abdul Rahman telah memberikan jawapan kepada mu”Setalah setahun dari kejadian itu, aku datang bekunjung pada beliu. Di saat itulah beliau menyamabutku dengan hangat , sambil berkata: “ Aku menayambut mu kerana kamu mamag datang dengan niat untuk menziarahi daku”Dikisahkan ada seorang berkata kepada Abu Yazid: “ Aku dengar bahawa kamu boleh terbanag di udara, apakah benar hal itu?”, Jawab Abu Yazid: “Apakah yang di hairan tentang hal itu, tidakkah burung pemakan bangkai dapat terbang, sedangkan mukmin yang jauh lebih mulia dari burung, apakah kamu hairan jiak hal itu terjadi”Al Khani pernah berkata:Abu Yazid pernah berkata : “ Pada satu malam yang gelap gelita, pernah aku mebujurkan kaki ku ke arah depan mihrab, tiba-tiba akau mendengar suara ghaib menegur perbuatan ku: “ Pantaskan seorang duduk di hadapan sang Raja dengan cara yang tidak bersopan?”.



Abu Yazid Wafat
Beliau wafat pada tahun 261 Hijriyah /875 Masehi. Namun pendapat lain menyebutkan bahwa ia wafat pada tahun 264 Hijriyah / 878 Masehi. Abu Yazid menghabiskan seluruh hidupnya di kotakelahirannya, Bistami.Pernah ada yang berkata padanya bahwa orang yang mencari hakekat (hidup) biasanya selalu mengembara dari satu tempat ke tempat lain. Kemudian ia hanya menjawab, "Temanku (maksudnya, Tuhan) tidak pernah berpergian, dan karena itu aku pun tidak berhijrah (berpindah)dari sini.


Maqam Abu Yazid Al Bustami