HAKIKAT ILMU..
Janganlah engkau sebarkan ilmumu agar engkau dibenarkan oleh manusia. Namun sebarkanlah ilmumu agar Allah membenarkan dirimu, walaupun ada sebab yang mencercamu. Maka sebab yang ada diantara dirimu dan Allah dimana datangnya dari arah perintah-Nya kepadamu itu lebih baik bagimu daripada sebab yang ada diantara dirimu dan manusia, dari sisi, dimana Allah melarangmu.
Suatu sebab yang engkau bisa kembali kepada Allah lebih baik dari sebab yang memutuskan dirimu dengan Allah. Untuk tujuan itulah Allah mengaitkan dirimu dengan pahala dan siksa. Sebab tak ada yang diharapkan dan ditakuti kecuali dari sisi Allah. Allah cukup sebagai Pendamping dan Pembenar.
Hendaknya engkau selalu bersama Allah sebagai orang yang alim dan pengajar. Cukuplah Allah sebagai Penunjuk, Penolong dan Kekasih. Yakni Penunjuk yang memberi petunjuk padamu, dan menunjukkan bersamamu dan kepadamu; Penolong yang menolongmu, menolong bersamamu dan tidak menolong yang membuatmu sengsara; sebagai Kekasih yang mengasihimu, mengasihi bersamamu dan tidak mengasihi yang mencelakakanmu.
Hendaknya engkau selalu bersama Allah sebagai orang yang alim dan pengajar. Cukuplah Allah sebagai Penunjuk, Penolong dan Kekasih. Yakni Penunjuk yang memberi petunjuk padamu, dan menunjukkan bersamamu dan kepadamu; Penolong yang menolongmu, menolong bersamamu dan tidak menolong yang membuatmu sengsara; sebagai Kekasih yang mengasihimu, mengasihi bersamamu dan tidak mengasihi yang mencelakakanmu.
Ilmu-ilmu ini mengandung beberapa firasat dan penjelasan dalam obyek-obyek jiwa, dalam bisikan-bisikan, cobaan dan kehendak jiwa. Hati, harus melakukan analisa, penentraman dan pendasaran menurut jalan tauhid dan syariat, dengan kejernihan mahabbah dan keikhlasan demi agama dan sunnah.
Setelah itu, mereka mendapatkan tambahan-tambahan dalam tahap-tahap yaqin: berupa zuhud, sabar, syukur, harapan, ketakutan, tawakkal, ridha dan sebagainya, dari tahap-tahap yaqin. Inilah jalan para penempuh amal bagi Allah.
Setelah itu, mereka mendapatkan tambahan-tambahan dalam tahap-tahap yaqin: berupa zuhud, sabar, syukur, harapan, ketakutan, tawakkal, ridha dan sebagainya, dari tahap-tahap yaqin. Inilah jalan para penempuh amal bagi Allah.
Sedangkan Ahlullah dan kalangan khusus-Nya, adalah kaum yang ditarik dari keburukan dan prinsip-prinsipnya. Mereka diperamalkan untuk kebajikan dan cabang-cabangnya. Mereka dicintakan untuk khalwat, dan dibukakan pintu jalan munajat. Allah memperkenalkan diri pada mereka, sehingga merekapun kenal Dia. Allah memberikan kecintaan kepada mereka sehingga mereka mencintai-Nya.
Allah menunjukkan jalan dan mereka menempuh jalan itu. Mereka selalu bersama-Nya dan bagi-Nya. Mereka tidak dibiarkan untuk yang lain-Nya, dan mereka tidak ditutupi dari-Nya. Namun justru mereka tertutup —bersama-Nya— dari selain-Nya. Mereka tidak mengenal selain Dia dan tidak pula mencintai selain Dia. ”Mereka adalah orang-orang yang oleh Allah diberi petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang memiliki hati nurani.”
Nabi saw. bersabda, ”Barangsiapa memerangi diri sendiri, hawa nafsunya, syetan dan syahwatnya serta dunianya, lantas ia kalah, berarti ia tertolong dan diberi pahala. Dan barangsiapa memerangi semua itu, lalu ia kalah ia tergolong diampuni dan diterima syukurnya, sepanjang tidak terus menerus berbuat dosa, atau rela pada aib, atau gugur dalam rasa ketakutan dalam batin. Barang siapa berada dalam salah satu tiga kategori di atas dan ia tahu bahwa ia punya Tuhan Yang Maha Pengampun dosa dan menyiksa akibat dosa itu, serta ia iman terhadap seluruh qadar dan takut dari dosanya, merasa takut kepada Tuhannya, maka rahmat akan datang lebih cepat kepadanya dibanding tetes hujan yang jatuh ke bumi-Nya.” Dan Allah pun berfirman, ”Yang paling Kukasihi pada hamba-Ku, manakala ia usai menghadap-Ku, dan paling agung di sisi-Ku jika hamba-Ku menghadap pada-Ku.”
Sementara orang yang hancur adalah orang yang bergembira dengan maksiatnya manakala diberikan peluang padanya, dan susah gelisah manakala ia tidak bermaksiat. Ia merasa bangga dengan tindakan maksiat itu, dan tidak mau menutupinya. Maka kita mohon perlindungan dari Allah, dan ia berada dalam kehendak Allah.
Hakikat ilmu itu disebut baik manakala ia tenteram dalam kebajikan ilmu. Sedangkan hakikat ilmu itu disebut buruk manakala, ia keluar dari ilmu itu. Ilmu itu bagi hati ibarat dirham-dirham dan dinar-dinar di tangan. Bisa bermanfaat bagimu bisa pula membahayakanmu.
waullahualam